pengertian dasar budha darma
Bab 1
PENDAHULUAN
Secara historis agama buddha mempunyai kaitan erat dengan agama yang
mendahuluinya, tapi walaupun demikian agama buddha mempunyai perbedaan
dengan agama yang mendahuluinya dan yang datang sesudahnya, Salah
satunya agama hindu. Sebagai agama, ajaran buddha tidak bertitik tolak
dari tuhan dan hubungannya dengan alam semesta dan seluruh isinya,
termasuk manusia. Tetapi dari keadaan yang dihadapi manusia dalam
kehidupannya sehari-hari, khususnya tentang tata susila yang dihadapi
dan dijalani manusia agar terbebas dari lingkaran dukka yang selalu
mengiringi hidupnya. Dan dalam jangka waktu yang lama ini, masalah
ketuhanan itupun belum mendapatkan perhatian yang semestinya.
Dalam alur sejarah agama di india, zaman agama buddha dimulai
semenjak tahun 500 SM hingga tahun 300 M.[1] Berangkat dari titik tolak
ajaran yang dikembangkan tersebut, banyak para peminat ilmu agama
mempertanyakan apakah agama buddha dipandang sebagai agama, atau hanya
salah satu aliran filsafat saja. Sejalan dengan itu edwarad conze
menyatakan bahwa buddhisme dapat dianggap sebagai agama dan suatu aliran
filsafat. Sebagai agama, buddhisme merupakan suatu bentuk organisasi
dari cita-cita yang bersifat spiritual yang menolak adanya unsur
kekuasaan duniawi, yang ajarannya mampu memberikan sukses dalam
mengatasi dunia dan dalam mencapai keabadian ataupun kehidupan setelah
mati. Sebagai suaatu aliran filsafat, kata conze, buddhisme bersifat
dialektis pragmatis yang bercorak kejiwaan
LATAR BELAKANG
Dalam bab agama Hindu kita mencoba menggambarkan dua gerakan yang
patut dicatat – para rishi Upanishad dan Sri Krishna – yang bangkit di
India melawan politeisme Brahmana dan ritualisme. Betapa pun mereka
akhirnya terserap dalam agama Hindu dan ciri mereka yang khas lenyap
karena kompromi dengan sistem yang ditentang oleh mereka. Agama Buddha
adalah revolusi yang lain lagi terhadap agama Brahmana, dan gerakan
besar ini tidak dapat bercampur lagi dengan agama Hindu. Buddha bukanlah
suatu agama yang berbeda, melainkan suatu sistem yang positif. Namun
demikian, setelah suatu masa sukses dan popularitas yang luas, agama
ini terasing dari tanah kelahirannya oleh agama Hindu yang dibangkitkan
lagi. Tetapi sebelum hal itu terjadi, agama Buddha telah tersebar ke
berbagai negeri di luar India dan menjadi satu dari agama dunia yang
besar.
India dalam abad ke enam sebelum masehi bukanlah suatu kerajaan yang
luar biasa atau kekaisaran. Negeri itu mempunyai sejumlah raja dari
suku-suku serta marga tertentu yang memerintah daerah-daerah kecil.
Beberapa logat dipergunakan meskipun Sansekerta adalah bahasa yang suci.
Kitab Weda telah mendapat gelar yang misterius sebagai kitab wahyu.
Pengorbanan dan upacara menurut faham Brahmana telah dijalankan secara
luas dengan penuh keyakinan, bahwa melalui upacara itu maka manusia yang
melakukannya akan memperoleh apa yang diinginkannya di dunia ini
maupun di akhirat. Para pendeta Brahmana dihormati dan ditakuti sebagai
setengah dewa. Masyarakat dibagi dalam empat kasta secara ketat dengan
kaum Brahmana yang memperoleh kedudukan penuh fasilitas, di pihak lain
kaum Sudra dan Paria menjalani hidup dalam keadaan yang lebih buruk
dari binatang piaraan. Kitab hukum agama Hindu menyatakan : ‘Telinga
seorang Sudra yang mendengarkan penuh perhatian ketika Kitab Weda
dibacakan harus disumpal dengan logam cair, lidahnya harus dipotong
bila membacanya, badannya harus dibelah bila hafal dalam
ingatannya”.[2] Bila seorang Sudra berbuat demikian besar, misalnya
memberikan sekelumit nasehat kepada seorang Brahmana, minyak panas
harus dituangkan ke telinganya.
Orang Hindu telah mengembangkan kegemaran untuk berfilsafat secara
hitam putih, yang tiada lain kecuali mencari kebenaran atau menyalib
orang. Ini adalah abad kekacauan yang penuh untung-untungan dengan ilmu
agama yang tidak tentu dan pertengkaran yang membingungkan. Kehidupan
akhlak sangat menderita karena banyak permasalahan metafisik, dan
perselisihan keagamaan yang menyerang habis daya serta tenaga rakyat.
Dalam hutan dan gua-gua hiduplah banyak resi dan pertapa yang
menjalankan penyiksaan diri dan menolak kesenangan bagi diri mereka
untuk masa yang panjang dan percaya bahwa ini adalah jalan untuk
mencapai ketinggian rohani.
Rakyat menyembah segala macam, mulai dari matahari hingga batu
biasa, dewa yang tinggi hingga setan, dedemit yang menakutkan. “Di
benua yang luas India”, tulis Dr. Radhakrishnan, “kapasitas yang luar
biasa untuk menciptakan dewa-dewa, maka dengan kejahilan bertuhan
memberi ruang lingkup yang luar biasa. Tuhan dan hantu dengan daya
melukai atau mengganggunya, sebagaimana halnya perlu dipuji dan dipuja
karena menguasai
2. SEKILAS PENDIRI DAN PEMBAWA AGAMA BUDHA
Agama Budha didirikan oleh seorang pangeran yang bernama
Sidharta “yang cita-citanya tercapai”, Putra raja Sudhodana Gautama dan
Dewi Mahamaya dari kerajaan kecil Kapilawastu yang memerintah atas
suku Sakya di India utara yang berbatasan dengan Nepal. Ia dilahirkan
pada tahun 563 s.M. dan wafat pada tahun 483 s.M.[1]
Dalam kepercayaan para pemeluk agama Budha ada
beribu-ribu orang yang mendapatkan gelar kehormatan Budha dalam
sejarah. Untuk masa sekarang, orang yang mendapat pencerahan dan gelar
tersebut adalah Sidharta Gautama, Budha yang ke-28 dan yang mendirikan
agama Buddha sebagaimana dikenal sekarang ini.
Selain mendapatkan gelar Budha, Sidarta juga telah
mendapatkan gelar Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa guru yang
mengajar sebelumnya), Sakya Mimi (pertapa dari suku Sakya); Sakya Sumba
(singa dari suku Sakya); Sugata (orang yang datang dengan selamat);
Suaria Siddha (orang yang terkabul semua permintaannya) dan Tathagata
(orang yang baru datang).
Pengertian Dasar Buddha Dharma
1. Buddha
Berasal dari bahasa Sansekerta budha berarti menjadi sadar,
kesadaraan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati,
mematuhi. (Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary,
Oxford University Press, London, 1965). Tegasnya, Buddha berarti seorang
yang telah mencapai Penerangan atau Pencerahan Sempurna dan Sadar akan
Kebenaran Kosmos serta Alam Semesta. “Hyang Buddha” adalah seorang
yang telah mencapai Penerangan Luhur, cakap dan bijak menuaikan
karya-karya kebijakan dan memperoleh Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai
Nirvana serta mengumumkan doktrin sejati tentang kebebasan atau
keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirvana.Hyang Buddha yang
berdasarkan Sejarah bernama Shakyamuni pendiri Agama buddha. [4]
2 . Dharma
Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
1. Doktrin
2. Hak, keadilan, kebenaran
3. Kondisi
4. Barang yang kelihatan atau phenomena.
Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan
berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari
kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidakpuasan.
Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi,
psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan
sebagainya. [5] Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma
1 Tri Ratna
Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengucapkan
Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma,
Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang Buddha.
Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk sampai
tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai berikut:
Bahasa Sansekerta :
Buddhang Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami
Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Sanghang Saranang Gacchami
Bahasa Indonesia :
Aku Berlindung kepada Buddha
Aku Berlindung kepada Dharma
Aku Berlindung kepada sangha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Buddha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Dharma
Kedua kali Aku Berlindung kepada sangha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Buddha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Dharma
Ketiga kali Aku Berlindung kepada sangha
Triratna yang bermakna tiga permata adalah tiga buah pengakuan dari
setiap penganut agama. Tiga Pengakuan di dalam agama Buddha itu
berbunyi:
(1). Buddham saranam gacchami
(2). Dhamman saranam gacchami
(3). Sangham saranam dacchami
Bermakna:
(1) Saya berlindung di dalam Buddha
(2) Saya berlindung di dalam Dhamma
(3) Saya berlindung di dalam Sangha
Pada kali yang kedua diawali dengan Dutiyam, yang bermakna: buat
kedua kalinya. Pada kali yang ketiga diawali dengan Tatiyam, yang
bermakna: buat ketiga kalinya.[4] Secara garis besar ajaran agama Buddha
dapat dirangkum dalam tiga ajaran pokok, yaitu Buddha, Dharma, dan
Sangha. Ajaran tentang Buddha menekankan pada bagaimana umat Buddha
memandang sang Buddha Gautama sebagai pendiri agama Buddha dan asas
rohani yang dapat dicapai oleh setiap makhluk hidup. Buddha di dalam
triratna itu dimaksudkan: Buddha Gautama, Dhamma disitu dimaksudkan:
pokok-pokok ajaran. Sangha disitu dimaksudkan: biara. Ketiga-tiganya itu
dinyatakan azas perlindungan bagi setiap penganut agama Buddha, yakni
azas keyakinan yang dianut mazhab Theravada maupun mazhab Mahayana.
Pengertian Saddha
Saddha sadalah sebutan dalam bahasa pali atau sradha dalam bahasa
sansekerta yang artinya keyakinan atau kepercayaan benar (cofident).
Ajaran agama Buddha menekankan suatu kepercayaan yang ditimbukan oleh
suatu yang nyata. Saddha dapat diartikan sebagai: keyakinan, kepercayaan
benar, keimanan dalam bakti.
Keyakinan yang dinamakan saddha, adalah iman atau kepercayaan yang
berdasarkan kebijaksanaan, apa yang diajarkan Buddha sebagai kebenaran
mutlak.
Menurut Asanga (abad ke-4) saddha mengandung 3 unsur yakni: keyakinan yang
Kuat akan sesuatu hal, kegembiraan yang mendalam terhadap sifat-sifat
yang baik, dan harapan untuk memperoleh sesuatu dikemudian hari.
Kayakinan yang kuat bukan berarti sebatas kepercayaan yang lazim dikenal
oleh banyak orang, keyakinan disini menekankan aspek melihat,
mengetahui dan memahami.
Pengertian Sangha
Persaudaraan para bhiksu, bhiksuni (pada waktu permulaan terbentuk).
Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggotanya
selain para bhiksu, bhiksuni, dan juga para umat awam yang telah
upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tidak-tanduknya
untuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan Pancasila
Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.
Bhiksu (sebutan untuk lelaki) dan bhiksuni (sebutan untuk perempuan)
adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri urusan
duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia
menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma.
Bedanya kepercayaan dengan saddha
· Kepercayaan akan timbul bilamana kita tidak dapat melihat segala
sesuatunya dengan betul dan nyata. Pada saat kita melihat, persoalan
kepercayaan itu tidak akan ada lagi. Bila saya katakan kepada anda bahwa
menyembunyikan mustika ditelapak tangan yang saya genggam, kepercayaan
segera timbul, sebab anda tidak melihatnya dengan mata sendiri. Tetapi
bila saya buka genggaman tangan tadi dan memperlihatkan mustika itu,
dengan sendirinya kepercayaan tidak akan timbul. Pepatah kuno penganut
agama Buddha” mengalami sendiri seperti orang melihat mustika di telapak
tangan”
· Saddha akan timbul bila kita melihat segala sesuatunya dengan betul dan nyata.
Pengembangan Keyakinan dalam agama buddha biasanya saddha sering di sebut dengan sad saddha yaitu:[7]
1) Keyakinan terhadap tuhan yang maha esa
Semua sekte agama Buddha berkeyakinan terhadap tuhan Yang Maha Esa
dan menyebutnya dengan sebutan yang berbeda-beda tetapi pada hakekatnya
satu. Yaitu parama Buddha, sanghyang adi Buddha, hyang Tatagatha, yang
Maha Esa dan lain sebagainya.
Shanghyang adi budha itu sendiri adalah merujuk pada benih kebudhaan
yang terdapat dalam diri seorang,dalam Mahayana Adi Buddha merujuk pada
primordial Buddha yang menggariskan Dhamma Universal yang sama. ini
juga akan merujuk pada Sambhogakaya,Nirmanakaya dan Dharmakaya.
Kayakinan terhadap adanya Bodhisattva, arahat dan deva
Boddhisattva adalah calon Buddha atau seorang yang bercita-cita dan
bertekad untuk menjadi Buddha, dengan menyempurnakan paramita.
Arahat adalah seorang pemeluk agama Buddha atau Jainisme yang telah terbebas belenggu tanha
(hawa nafsu), dengan jalan mencapai penerangan sempurna. Juga disebut
siswa Sang Buddha, karena ketekunan dan keyakinannya melaksanakan ajaran
sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih dalam sila, samadhi
dan panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua kekotoran
batin dan mencapai tingkat kesucian tertinggi.
KEYAKINAN
Sang Hyang Adhi Budha
Sang Hyang Adi Buddha merujuk pada benih kebudhaan yang
terdapat dalam diri seorang,dalam Mahayana Adi Buddha merujuk pada
primordial Buddha yang menggariskan Dhamma Universal yang sama. ini juga
akan merujuk pada Sambhogakaya,Nirmanakaya dan Dharmakaya.
Adhi budha adalah dharmakaya yang kekal, abadi, tanpa awal tanpa
akhir, tanpa bentuk dan meliputi seluruh jagad raya, hanya dapat
diselami oleh mereka yang telah mencapai samyak sabadh, kesadaran
teragung. Dharmakaya tidak datang dimanapun dan tidak kembali kemanapun,
tidak menonjolkan diri juga juga tidak musnah, tenang dan akal utuk
selama-lamanya. Inilah yang unggal, yang esa, bebas dari segala arah,
tidak memiliki batas-batas arah, tetapi terkandung dalm semua tubuh.
Sebagai tuhan yang maha esa adhi budha memiliki beberapa nama yang
menunjukan kekuasaannya dan kekuasaannya.
Setelah pemerintah mengakui kembali Buddhism yang memiliki Tuhan
didalamnya maka Buddhism diterima sebagai salah satu dari 5 agama diakui
di Indonesia. Catatan perjalanan Y.M Ashin Jinarakita masih bisa kita
trace di V.Ekayana sebagai founder utama Buddhism Buddhayana dan
bangkitnya Buddhism di Indonesia..Penyalahgunaan beberapa pihak sering
menggambarkan bahwa Buddhism memiliki konsep keTuhanan,hal ini telah
jelas ditampik oleh cendekiawan Buddhist yang menjelaskan Ke Tuhanan
dalam Buddhism. sebagai referensi adalah artikel "KeTuhanan dalam agama
Buddha" oleh Bp.Cornelis Wowor yang dengan jelas menegaskan bahwa
Buddhism tidak bersandar pada kontek Ke Tuhanan karena akan menimbulkan
pemahaman yang salah,namun penekanan Buddhist adalah pada Buddhavacana
yang digariskan oleh Sang Buddha.
- Para Budha
Terdapat 27 para budha –budha yang terdahulu:
Thankara
Medhankara
Saranankara
Dipankara
Kondanna
Sumana
Revata
Shobita
Anomadasi
Paduma
Sumedha
Sujata
Piyadasi
Attadasi
Dhammadasi
Siddhathta
Tissa
Phussa
Vipassi
Sikhi
Vessabha
Kausandha
Konagamana
Kassapa
Budha gautama
- Bodhisatw
Secara etimologi bodhisatwa terdiri dari kata
bodhi, suci dan satwa yang berarti mahluk. Jadi kata bodhisatwa artinya
mahluk suci. Secara harfiah bodhisatwa berarti orang yang hakikat atau
tabiatnya adalah bodhi (hikmat) yang sempurna. Orang yang
mempersiapkan diri untuk mencapai tingkat budha. Berdasarkan sifatnnya
bodhsatwa di bedakan menjadi tiga:
Bodhisatwa pannadhika Ialah bodhisatwa yang di dalam
usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan lebih mengutamakan
kebijaksanaan, dimana lebih banyak mengadakan perenungan terhadap
hakekat dari kehidupan ini. Bodhisatwa Saddhadika Ialah
bodhisatwa yang didalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudaan lebih
mengutamakan keyakinan (sadha) terhadap darma yang diajarkan oleh
budha. Dengan mengembangkan keyakinan terhadap apa yang diajarkan oleh
budha maka tercapailah tingkat budha.Bodhisatwa viriyadika Ialah
bodisatwa yang di dalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan,
lebih mengutamakan pengabdian kepadanpenderitaan semua mahlik dengan
kemauan keras. Sebelum Mahayana timbul, pengertian bodhisatwa sudah di
kenal juga, dan dikenakan juga kepada budha Gautama, sebelum ia menjadi
budha. Di situ bodhisatwa berarti orang yang sedang dalam perjalanan
untuk mencapai hikmat yang sempurna, yaitu orang yang akan menjadi
budha. Jadi semula bodhisatwa adalah sebuah gelar bagi tokoh yang
ditetapkan untuk menjadi budha
Arahat
Arahat adalah orang yang telah berhasil membebaskan diri dari dukha
mencapai tingkat kesucian tertinggi.arahat juga merupakan orang yang
sudah bebas daripada segala keinginan untuk di lahirkan kembali, baik
dalam dunia yang tidak berbentuk, maupun di dalam dunia yang tidak
berbentuk, ia juga sudah bebass daripada sgala ketinggian hati,
kebenaran diri, dalam ketidaktahuan.Proses tercapainya tingkat kesucian
arahat adalahterlebih dahulu harus menjadi bodhisatwa saddhadika,
setelah itu dalam usahannya lebih mengutamakan keyakinan terhadap dhamma
yang diajarkan oleh budha Gautama dan akhirnya tercapailah penerangan
sempurna, ialah yang disebut savaka bodhi dan kemudian menjadi savaka
budha yaiyu disebut juga arahat.
End note
[1] Mukti Ali, Agama-agama Di Dunia, (IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988), h. 101
[2] T Rhys Davids, Buddhist India, h. 3 (Putnam’s New York, 8th edition, 1959)
[3] S. Radhakrishnan, Indian Philosophy, Vol. 1, h. 354 (George Allen and Unwin, London, 1923)
[4] Ananda Coomaraswamy dan I,B, Horner, The Living Thoughts of Gautama the Buddha, h.1.2 (The Living Thoughts Libaray, Cassel and Co. London, 1948)
[5] Christmas Humphreys, Buddhism Pelican Book, (Harmondsworth, 1959)
[6] ^ Itivuttaka,
Sumber:Itivuttaka, Kitab Suci Agama Buddha, Alih Bahasa Pali ke Bahasa
Inggris : John D. Ireland, Maribaya-Lembang, Bandung 40391, 1998
[7] http://satyadharma-medan.blogspot.com
[8]. DrHarun Hadiwijoyo. Agama Hindu dan Buddha. H.50
Daftar pustaka
----------The Road to Nirvana- A Selection of the Buddhist Scripture in Pali, diterjemahkan oleh E.J. Thomas, Wisdom of the East Series, London, 1950
----------Christmas Humphreys, Buddhism Pelican Book, (Harmondsworth, 1959)
----------Mukti Ali, Agama-agama Di Dunia, IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS, 1988
--------- www.google.com
--------- http://satyadharma-medan.blogspot.com
--------- Wikipedia
--------- ^ Itivuttaka,
Sumber:Itivuttaka, Kitab Suci Agama Buddha, Alih Bahasa Pali ke Bahasa
Inggris : John D. Ireland, Maribaya-Lembang, Bandung 40391, 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar